Bekam Ruqyah Center

Bekam Ruqyah Center
Kurang lebih satu bulan lalu, hari kamis, seingat saya hari kamis. Hari itu sebenarnya bukan jadwal saya di klinik Ruqyah Surabaya tetapi karena tidak ada kesibukan maka saya menyempatkan diri datang ke klinik untuk membantu temen-teman peruqyah lain. Saat itu ada seorang ibu datang membawa anaknya, laki-laki, masih SD. “Anak itu tampak lemas dan datang dalam keadaan dipapah oleh sang Ibu. Pak, anak saya sudah 13 hari ini sakit, badannya lemas tidak bertenaga, setiap hari hanya bisa berbaring, saya sudah membawa ke beberapa dokter tetapi belum ada hasilnya,” ucap sang ibu membuka percakapan.
Baca juga : Ruqyah Anak
Bekam Ruqyah Center

Lantas, saya persilahkan Ibu dan anak tersebut masuk ke ruang terapi bersama pasien-pasien lain. Di dalam ruangan ada beberapa pasien lain yang juga sedang menunggu untuk terapi…Terapi dimulai…saya bacakan beberapa ayat dan doa-doa ruqyah dengan keras. Ada salah satu pasien yang bereaksi cukup keras sehingga menyita perhatian semua yang ada dalam ruangan itu, termasuk saya. Sedangkan si anak tadi, dia tidak beraksi sedikit pun. Dia hanya berbaring lemas disamping ibunya, sama seperti saat awal ia datang. Sementara salah satu pasien yang bereaksi keras tadi tetap bereaksi. Karena kerasnya reaksi, akhirnya saya lebih memprioritaskan dia. untuk si anak tadi hanya saya terapi beberapa menit dengan membacakan ayat-ayat Al Qur’an dan selanjutnya saya putarkan MP3 ruqyah dari HP saya. Saya dekatkan HP disamping anak itu, sementara saya meruqyah seseorang yang masih bereaksi keras tadi. Setelah 1 jam lebih, proses terapi saya akhiri, demikian juga saya matikan HP disamping anak tadi. Lalu, saya sampaikan beberapa hal yang harus dilakukan untuk terapi di rumah. Sejujurnya saat pertama kali melihat dia datang dalam keadaan lemah, saya sudah menduga bahwa anak itu tidak akan bereaksi saat ruqyah. Saya juga tidak yakin apakah anak ini bisa sembuh dalam waktu singkat melalui proses ruqyah. Tapi, subhanalloh, hari senin Ibu itu datang kembali bersama keluarga besarnya, dan tak terkecuali anak itu juga ikut datang. Anak itu datang dengan wajah ceria, dan berjalan dengan tegap. Ibu itu menceritakan bahwa pagi hari, jum’at pagi anak itu telah sekolah. Kamis malam dia ruqyah, dan jumat pagi ia bisa sekolah. Subhanalloh. Sampai sekarang saya tidak tahu bagaimana ia bisa sembuh secepat itu. Padahal anak itu hanya mendengarkan ruqyah melalui MP3 ruqyah di HP saya dan saya tidak menterapi dia sebagaimana pasien lain yang beraksi keras tadi. Dari cerita ini, saya berkesimpulan :
Baca juga : Hukuman yang tidak terasa
1. Allah-lah yang menentukan takdir kesembuhan seseorang bukan kita maka jangan bertawakkal pada penterapi, tapi bertawakkal-lah pada ALLAH, karena Ia penentu keputusan. Jangan menisbatkan kesembuhan kepada penterapi tetapi nisbatkan kesembuhan itu kepada Allah.
2. Tidak boleh ada keraguan saat berobat dengan Al Qur’an, tidak ada kamus coba-coba. Bacalah atau dengarkanlah Al Qur’an dan selanjutnya biarkan Takdir Allah yang bekerja. Bahkan kita sering kali tidak tahu bagaimana kesembuhan itu terjadi. Penuhi perintahNYA dengan berobat sesuai syariat, selebihnya biarkan ALLAH yang memutuskan apa yang terbaik bagi kita.
3. Niat mengharapkan kesembuhan dalam proses ruqyah, jauh lebih penting dibandingkan dengan niat mengalahkan atau mengusir jin.
Setidaknya 3 hal inilah yang patut kita renungkan. Dan mungkin ketiga hal itulah yang ada dalam hati Ibu dan anak tadi.
Jika saat ini kita, anak kita, atau keluarga kita sedang mengalami musibah berupa sakit yang tidak kunjung sembuh maka bacakanlah Al Qur’an. Bacalah dengan perasaan tunduk dan ridho terhadap sakit itu, merendahkan diri, penuh pengharapan, yakin, dan tanpa keraguan.
Wallohu a’lam bishshowwab.