Menemukan Titik Balik

Menemukan Titik Balik
Depresi Karena Putus Cinta

Menemukan Titik Balik

Tidak ada kata terlambat,perjalanan hidup senantiasa dipenuhi gelombang, kadang rendah,kadang tinggi, kadang ringan atau kadang terasa sangat berat. Terkadang terlalu sulit untuk memaknai segala yang terjadi hingga setiap moment tersebut mengalir dan berlalu tanpa ada atsar (pengaruh) dalam keimanan, berlalu seiring berlalunya waktu sebagaimana berlalunya mimpi buruk dalam tidur kita.

Namun tidak demikian bagi orang beriman. Bagi orang – orang beriman, setiap moment dalam hidupnya tidak akan menambah apapun kecuali bertambahnya kebaikan, bertambahnya amal sholeh, tajamnya mata hati dan terangnya jalan yang sedang ditempuhnya hingga hidupnya selalu dibawah naungan cahaya kebenaran.

Setiap moment yang terjadi, kadang adalah ‘sapaan’ NYA agar kita kembali, kadang moment itu adalah ‘tanda’ agar kita mawas diri atau kadang moment tersebut adalah ‘rambu’ agar kita tidak tersesat, dan terkadang moment itu adalah ‘seutas tali yang diikatkan’ ditangan kita, karena kita sedang berada ditepi jurang yang sangat dalam. Gelapnya ‘malam’ telah membuat mata kita tidak mampu melihat jurang itu, kita hanya merasakan bahwa tangan kita disakiti oleh seutas tali, yang membuat kita tidak bisa bergerak bebas. Bahkan tali itu membuat tangan kita terluka, sakit dan nyeri luar biasa. Tapi sedetik pun tali itu tidak pernah direnggangkan oleh NYA, karena sebenarnya DIA ingin menyelamatkan kita. DIA mengetahui jurang itu tinggal sejengkal lagi, sedangkan kita tidak melihatnya. ‘Berhentilah sejenak’ dan ‘bertanyalah’ pada NYA, mudah-mudahan kita menemukan titik balik dalam kehidupan kita.

Kisah nyata berikut ini adalah pengalaman pribadi salah satu pengunjung blog ini, perjalanan keluar dari jebakan menipu dunia perdukunan, benturan batin dll.ada banyak ibrah (pelajaran) yang bisa kita petik, semoga dapat menjadi inspirasi, tumbuhnya semangat untuk bangkit dan tegar dalam menghadapi segala ujian hidup.Amin.

Assalamualaikum,

Saya mau bertanya sekaligus mau bercerita dengan akhi Nadhif..

Saya sekitar 3-4 bulan yang lalu bertemu seorang wanita di zzzzzz. Selama 2 hari saya melihat ibu itu shalat berjamaah. Sampai sore saya masih melihat dia tidur2an di mesjid. hari ke 2 itu saya dan teman saya berkenalan dengan dia karena saya penasaran. Singkat cerita ibu ini mengobati mata teman saya yang mulai kabur/rabun dekat dengan memijitnya dan meminumkan air yg telah didoakan.

Teman saya kaget karena matanya langsung terang. Melihat hal itu sy bertanya apakah dia bisa mngobat penyakit  lain? Ibu itu menjawab, Insyaallah atas ijin Allah.. lalu saya minta tlg mengobati suami sy yang udah sakit sekitar 8-9 tahun. Saya udah bawa berobat kemana2 tapi tdk sembuh2 jg. Sy berharap mungkin dengan ibuk ini bisa sembuh. Setelah suami sy bertemu ibu ini di mesjid, ibu itu bilang kalau suami sy kena santet. Alhamdulillah setelah diobat suami saya sembuh total sampai sekarang.

Beberapa hari kemudian ibu itu telp sy nanya suami sy ada kumat atau udh sembuh, sy blg udah sembuh. Kemudian dia minta saya memotong kambing sebagai nazar pengobatan suami saya. Pemotongan itu dilaksanakan di tempat ibu itu tinggal. Singkat cerita, saya mentransfer uang utk nazar sehatnya suami saya. Setelah beberapa hari kemudian sakit saya kumat. Sakit saya ini juga sdh bertahun2, sdh berobat kemana2 tidak sembuh2 jg. singkat cerita sy diobati jarak jauh dan alhamdulillah juga sembuh. Tidak  lama ibu itu nelp saya menanyakan keadaan saya dan suami saya serta memberi tahu kalau kami kena santet 7 turunan. Kontan saya kaget dan takut. Kemudian dia menceritakan target tukang santet itu terhadap keluarga saya termasuk nasib anak2 saya kelak.

Singkat cerita dia bilang kalau si fulan bersedia mengangkat sy sebagai anak dan akan diturunkan ilmu buat jaga keluarga dengan nazarnya sebesar ongkos naik  haji.

Berhubung itu masalah yang sulit bagi saya utk memutuskan, tentu saya butuh waktu utk berfikir. Waktu itulah dia mendesak saya dan mengirim sms yang terkesan memaksa. Dia bilang kalau tidak mau tidak masalah, kami hanya membantu. Jangan dikira si fulan mengharap uang, maaf ya, si fulan tersebut sudah 7 kali ke mekah dan macam2 sms yg membuat sy terdesak. Satu sisi sy sangat ingin menyelamatkan keluarga saya, di satu sisi hati kecil saya mulai merasa ada yang tidak beres. Singkat cerita sy dtg ke zzzzz dan dimasukkan ilmu. Setelah kembali ibu itu selalu menelp saya menanyakan keadaan dan menceritakan kalau dukun yang menyantet kami datang dan marah padanya. Yang lebih bodohnya lagi, dia bilang kalau dukun itu mau menyantet sy, tp lari ke ibu itu hingga dia mengalami sakit di kakinya, utk menyembuhkannya saya harus menazarkan ibu itu lagi spt suami sy dulu, dan sy mentransfer lg uang utk nazar kambing. Kemudian dia nelp lagi minta diri saya juga dinazarkan, sy tansfer lagi.

Singkat cerita sdh hampir 90 jt uang sy habis utk urusan dengan ibu itu. Sekarang memiliki ilmu tersebut, kalau saya sakit ada makhluk ghoib yg mengobati. Mungkin itulah khodam yg dimasukkan ke badan sy. Ghoib itu sering menasehati suami sy dan menceritakan keadaan yang akan terjadi dengan anak saya kelak. Ibaratnya sekarang sy sudah dalam kendali ibu itu dan keluarganya yang berilmu tinggi. Sekarang harta saya mulai terjual, hutang saya ada dimana2.

Saya sangat mengharapkan bantuan akhi utk keluar dari masalah saya ini… Demi Allah saya tidak ingin lagi berhubungan dengan hal2 itu. Saya takut. Sebentar lagi dia mau mengirimkan secara ghoib pegangan kekuatan utk saya dengan mahar yang lumayan. Sementara kondisi ekonomi saya sudah morat marit. Jangankan utk bayar mahar sebanyak itu uang ditabungan saya aja g sampai sebanyak itu. Mohon bantu saya jalan keluarnya, akhi…

Terima kasih dan Balasannya sangat saya nantikan…

wa’alaikum salam warahmatullah

Terima kasih atas kunjungan ibu di blog sy, mudah2n bermanfaat.

Tidak ada kata terlambat utk memperbaiki keadaan,semua hal yang terjadi dalam hidup kita, ada dalam kendali kekuasaan Allah subhanahu wata’ala. pemahaman kita ttg takdir menuntut kita utk brsandar penuh padaNYA tanpa ada keraguan sdikit pun, tidak akan terjadi apa yg tidak dikehendakiNYA. jika seluruh makhluk berkumpul dan bersepakat untuk mencelakai kita sedangkan DIA melindungi kita, maka tidak akan terjadi apapun pada kita. Masalahnya tinggal, bagaimana agar Allah subhanahu wata’ala ‘berpihak’ pada kita disaat seperti ini.

Jika kita telah menyadari ada langkah yg salah, sebenarnya hal itu adalah isyarat bhw Alloh ‘berpihak’ pada kita. diantara tanda rahmatNYA adalah diringankannya hati kita menuju kebaikan, dibukakannya ‘mata’ kita pada kesalahan dan ‘dituntunnya’ kita menuju kebenaran. ini adalah rahmat yg bnr2 harus kita syukuri. tidak setiap org bisa menyadari kesalahannya, tidak setiap orang bisa melihat kebenaran dlm situasi sulit. hanya karena bantuanNYA kita bisa melihat semua itu.

Jadi yg perlu kita lakukan adalah berusaha agr Alloh tidak mencabut bantuan ini. maka kita perlu dan harus total ‘berlari’ padaNYA meski banyak konsekuensi yang harus kita siapkan.

Ibu, setiap kebaikan perlu pengorbanan, demikian halnya dg memperbaiki masa lalu, juga perlu pengorbanan.

Sakit, takut, pahit pasti akan muncul mengiringi perbaikan tersebut. kita mgkn telah berkorban utk sesuatu yg salah, mk sangat mungkin dan sangat wajar jika dituntut memberikan pengorbanan pula pada saat akan memperbaikinya.

saya ingin menyampaikan hal tsb, dg harapan bhw ibu siap menghadapi saat saat pengorbanan tersebut dibutuhkan. sakit, pedih, takut mungkin tidak bisa kita hindari. tapi yakinlah bhw kepahitan tersebut adalah proses perjalalan menuju kebaikan. kepedihan tersebut adalah harga yg harus kita bayar demi mempertahankan keyakinan, kebenaran, dan kebaikan dalam hidup kita. mengapa? karena kita yakin akan keberkahan hidup yg akan kita raih dibalik pengorbanan tsb.

Ibu, sebagaimana yg Ibu sms kan dan di email ini, ada bbrp hal yg perlu kita renungkan,

1. perdukunan adalah masa lalu yg harus ditinggalkan. buang dan hilangkn dari hidup kita, jgn pernah terbesit keinginan utk mengulangi meski mgkn takdir kesembuhan pernh Ibu rasakan darinya. apa yg dilakukan oleh ‘ibu terapis’ tsb bertentangan dg kaidah2 pengobatan syar’i, jauhilah agar tidak terjerumus pd kesyirikan.

2. jin dan dukun, seberapapun kuatnya, tetaplah memiliki keterbatasan. mgkn mereka sakti tp sebenarnya mereka tidak sekuat yg kita bayangkan.jika syarat terpenuhi, jin dan dukun tidak pernah bisa mengalahkan orang beriman. apapun jenis jin dan dukun tsb.

3. Al Qur’an adalah kalamullah, tidak ada jin dan dukun yg mampu melampauinya. maka jika kita bermasalah dg jin atau dukun, kembalilah pada Al qur’an. penuhi syaratnya agar kita benar-benar mendapatkan manfaat dari bacaan alqur’an tersebut. syarat tsb adalah iman yg lurus, jauh dari ksyirikan, tawakal, ridho, sabar dll.

4. putuskan hubungan dg ‘dukun’ tersebut. Tentu dg cara baik-baik. Tegas sampaikan bhw mulai hari ini, ibu dan keluarga sdh dalam kondisi baik dan tidak membutuhkan bantuan lagi. bahasanya bisa ibu cari yg  pas, intinya putuskan hubungan dan komunikasi dg org tsb. tolaklah dg sopan tawaran-tawarannya.

5. yakin dan berani menghadapi situasi yang sekarang sdg terjadi. ini mgkn agak sulit, tapi ibu harus lakukan, karena ini adalah kelemahan ibu saat ini. berani mengatakan TIDAK pada dukun tsb, berani terbuka kepda suami, berani mengakui kesalahan pada suami. mgkn agak berat, tp ini adalah pengorbanan, kafaroh yg harus dilakukan utk memperbaiki keadaan.

6. terbukalah dg suami, carilah saat yg baik, siapkan batin ibu utk menerima segala kondisi lalu sampaikan semua yg pernah terjadi pada suami. niat ibu hny satu yakni menebus kesalahan kepada Alloh.

7. semua informasi dari jin dan dukun tdk perlu dipercaya, cukup bagi kita bersandar kepadaAlloh.jika Ibu dan keluarga ‘dibuat’ sakit oleh jin dan dukun maka cukup berobat dg ruqyah atau dibantu dengan herbal. Tidak perlu hati kita bertanya dari mana gangguan jin tsb berasal. Agar tidak terjadi suudhon pada saudara sendiri. semua informasi ttg gangguan jin yg pernah disampaikan ‘ibu terapis’ tsb tidak prlu disampaikan pada suami. tabiat dasar jin adalah pembohong. sedangkan akhlaq dasar seorang muslim adalah husnudhon. Istiqomahkan ruqyah, dengan sabar dan ikhlas.

8. Untuk gangguan khodam, yg perlu kita lakukan hanya mentaubati, mengingkari dan melakukan terapi ruqyah mandiri. mengenai mengingkari ini, teknisnya hampir sama dg artikel ‘keluarga dari alam lain 1-3′, silahkan buka di blog sy.

9.selama proses pengingkaran dan pemutusan hubungan dg ‘ibu terapis’ mgkn intensitas gangguan akan bertambah. tp tdk perlu khwtir krn hal itu wajar krn proses perlawanan sdgterjadi.yg perlu ibu lakukan hanya memperbanyak terapi ruqyah mandiri yg telah dilakukan.

10. terapi mandiri perlu dilakukan full minimal 2 pekan, sy berharap bhw point no 9 tidk terjadi, tp jika terjadi tetaplah bersabar bhw ini adalah masa memperbaiki keadaan dan ada pengorbanan yg harus diberikan.

ini mgkn bbrp hal penting yg bs sy smpaikan. jk ada perkembangan apapun silahkan hubungi di no hp sy.

smg bermanfaat

wassalam

nadhif

Terima kasih atas kesediaan Ustadz membalas email sy. Jujur dan terus terang saat ini saya tengah menangis Pak Ustadz. Hati saya bergetar membaca balasan Ustadz. Poin no 9 itulah yang sesungguhnya sy takutkan. Hati sy berkata kalau kemungkinan itu sangat besar Pak Ustadz, sementara suami sy tidak mendukung dan tidak mau melaksanakan apa2 yang dianjurkan dan disarankan oleh ustadz yang meruqyah. Suami sy jangankan untuk meruqyah, mengaji saja suami saya tdk bisa. Dia lebih suka menonton acara lucu/lawak di televisi sementara saya mengaji sendirian. Saya sudah larang, tapi dia malah melawan dengan kata2 yang menyakitkan hati saya Pak Ustadz..Sesungguhnya awalnya saya berurusan dengan “ibu terapis” itu karena keinginan saya utk mengobati suami saya itu Pak Ustad.. saya kasihan melihat keadaannya Pak Ustadz setiap kali penyakit itu datang. Saat itu sy tidak memikirkan diri saya, tapi saya teringat sakit suami saya.

Semua yang terjadi berawal dari keinginan sy untuk mencari kesembuhan suami saya, tapi beginilah yang terjadi. Awalnya sedikitpun tdk ada keganjilan Pak Ustad, tp dari hari ke hari ada2 saja permintaan nya yang harus sy turuti karena semua mengatasnamakan kesembuhan suami saya dan saya sendiri. Sy tidak minta diturunkan ilmu, tapi sy dipaksa menerima…

Untuk sukses melaksanakan ruqyah mandiri itu dirumah, jujur sy merasa tipis kemungkinan utk berhasil Pak Ustadz. Karena sy sendiri. Sementara saya harus berjuang demi menyelamatkan suami saya juga dan kedua anak saya yang masih kecil Pak Ustad. Terus terang saya gamang dan takut Pak Ustadz…

Reaksi saat ruqyah mandiri sangat beragam, tidak bisa dipastikan. kadang mual, pusing, muntah, diare, demam atau bahkan seperti tidak muncul reaksi sama sekali. Reaksinya tetap ada tapi tidak terlalu terasa. sebenarnya reaksi tersebut adalah hal yg wajar dalam proses kesembuhan.jikaproses terapi mandiri benar2 maksimal, reaksi tersebut biasanya terjadi hanya dipekan pertama, tapi usahakan terapi tetap dilakukan selama 2 pekan full. untuk kasus gangguan khodam kadang ruqyah hanya perlu 2-3 kali, tp tentu semua itu tergantung pada jenis gangguannya. cepat atau lamanya proses terapi tergantung pada :

1. jenis gangguan

2. kekuatan jin pengganggu

3. kondisi jiwa si pasien.

4. ketepatan terapi

dari keempat hal diatas yg mjd penentu adalah no 3. oleh karena itu kesiapan psikis, tenang, berani, tawakal, sangat dibutuhkan agar gangguan tsb lbh cepat selesai. yakini bhw manusia, apalagi orang beriman lebh mulia dr jin2 tsb, kekuatan jin2 pengganggu tsb tdk sebesar yg kitabayangkan.bhkan sbenarnya kekuatan kita lbh baik dr mereka.

yang perlu Ibu lakukan hanya 2 hal :

1. tenangkan batin, hadapi dg santai dan berani

2. istiqomah-kan ruqyah mandiri setiap hari.

insyaAllah hal2 negatif yg kita khawatirkan tidak akan terjadi.

demikian, smg Allah subhanahu wata’ala, memudahkan ikhtiar Ibu. amin.

wassalam

nadhif

Terima kasih banyak Pak Ustadz,

Saya mohon bantuan petunjuk dan arahan dari Pak Ustadz mengenai hal2 berikut :

1. Bagaimana caranya agar suami saya bisa taat menjalankan ibadah seperti zikir, doa, puasa dll?

2. Suami saya tidak bekerja. Yang mencari nafkah saya. Dia tidak ada kesadaran akan tugas dan tanggung jawabnya Pak Ustadz

3. Awalnya dulu sy berurusan dengan ibu itu demi allah, semata2 untuk mencari jalan kesembuhan utk suami saya, Tp unsur syirik muncul seiring perjalanan waktu. Satu persatu unsur syirik itu muncul dan hati kecil saya mulai merasakan ada sesuatu yg tidak beres.

4. Untuk menyampaikan hal itu, sy ragu suami sy akan percaya saya karena sy tau persis suami saya org jawa yang paling suka dan percaya dengan hal2 ghoib.

5. Apakah perlu saya minta bantuan orang yang dipercaya/teman akrab suami saya utk menyadarkan dia?

6. Mana yang lebih aman sy ruqyah mandiri atau mendatangi tempat Ruqyah seperti yang sebelum2nya saya lakukan?

7. Jujur sy ingin berani tapi takut krn menurut crt ibu itu, kakeknyanya sekali tiup bisa membunuh orang yg tidak memenuhi anjurannya Pak Ustadz. Tp saya yakin, Allah diatas segala2nya, tp saya takut kalau kena ke suami atau anak2 saya, krn suami sy tidak kuat agamanya Pak Ustadz..

Mohon saran dan petunjuk Pak Ustadz, Terima kasih Pak Ustadz…

Assalamu’alaikum wr.wb

jawaban saya di email pertama merupakan dasar dari pemahaman dan sikap kita terhadap gangguan jin dan sejenisnya.

setiap problem gangguan jin maupun problem lain, selalu membutuhkan waktu dan pengorbanan utk menyelesaikannya. kita terikat dengan sunnatullah, kodrat sebab akibat, kita diperintahkan berikhtiar sebaik-baiknya utk mencari jalan terbaik. dan pada saat yg sama menyandarkan batin kita total pada takdirNYA. segala ikhtiar berupa perbuatan dan doa harus dijalankan dengan segala kemungkinan resiko yg haris kita jalani. tappi yakinlah bhw semua itu bagian dari perjalanan menuju kebaikan.ada byk kebaikn dibalik segala yg terjadi

1. ikhtiar batin berupa doa mgkn perlu diperkuat lagi, tidak hanya kita yg berdoa, kita bisa melibatkan orang tua kita, orang2 sholeh, doa fakir miskin dll agar doa kita semakin ‘kuat’. selain itu, ikhtiar dhohir jg perlu dilakukan misalnya dg mengajak kemajelis taklim, membeli buku2 islami, mengajak sholat jamaah,mgajak bicara beliau ttg masa depan pemahaman agama anak2, dll. byk ikhtiar dhohir yg bisa kita tempuh, jalan masih terbuka lebar,perbyk doa agar Alloh memberikan ilham pada Ibu. yakinlah bhw hati beliau bisa berubah, setiap orang punya sisi buruk, tp pada sat yg sama pasti jg memiliki sisi baik, tidak ada manusia yg selamanya dalam keburukan,jg tidak ada yg selamanya dalam kebaikan.pasang surut dan bolak baliknya hati pasti terjadi. tinggal kesabaran dan kesungguhan kita lah yg menjadi penentu.

2. ajaklah beliau utk membaca buku atau sharing dg ustad atau org yg dipercaya. naluri laki2 adalah siap menanggung beban, jika naluri tsb tidak meuncul, mungkin ada problem dalam diri beliau yg perlu dibantu utk diselesaikan. galilah lbh dalam perasaan dan problem beliau, berikan saran yg baik, mdh2n naluri beliau tumbuh seiring berjalannnya waktu. sekali lagi, tentu butuh waktu dan kesabaran utk membantu beliau.

3. yang lalu biarlah berlalu, kewajiban kita hanya menyesali dan tidak mengulanginya dikemudian hari. Alloh Maha Pengampun, DIA Maha mengetahui ksulitan kita, dmikian juga DIA jg Mengerti jalan terbaik yg perlu kita lalui. DIA Menghendaki kebaikan bagi kita. lapangkan hati utk menerima petunjuk agama dalam setiap urusan kita.

4.&5. doa dan ikhtiar dzhohir yg perlu dilakukan, spti no 2.

6. ruqyah mandiri dan ruqyah ke peruqyah sama2 dibutuhkan, dan sama2 baiknya karena keduanya saling melengkapi.tidak bisa salah satu. jika hanya salah satu, mgkn hasilnya tidak akan maksimal.ruqyah ke peruqyah mgkn hnya 2 pekan sekali atau 1 bln sekali jg tidak apa2. Selebihnya fokuskan utk ruqyah mandiri setiap hari.

7. kematian tidak berada ditangan makhluk. tidak akan tjd apapun selama kita bersandar dan berlindung pada Alloh. tdk ada kekuatan yg mampu melampaui perlindunganNYA.  jika kita yakin padaNYA mk DIA akan ‘membuktikannya’.
Bukan sakit yg menyebabkan kematian, tp kematian datang karena jatah kehidupannya telah habis. kematian itu datang dan ‘bekerja’ dg caranya sendiri.tdk ada tempat untuk bersembunyi,tdk ada cara memperlambatnya, tidak ada cara utk mempercepatnya dan tidak ada yg tahu. kewajiban kita hanya berdoa, berlindung dan mohon kebaikan.
di lain sisi, Nabi Saw memberikan resep utk menghindarkan diri dari bala’ misalnya, sedekah, puasa, amar makruf nahi munkar dll. dan DOA. bhkn doa dapat mengubah takdir buruk, pertanyaannya hanya seberapa kuat doa kita utk menolak takdir buruk tersebut. Maka yg perlu kita lakukan hanyalah memprkuat kualitas doa kita.

lalukanlah bbrp hal yg telah sy sebutkan diemail sblm2nya. smg dimudahkan. amin.

wassalam

nadhif

Assalamualaikum wr wb

Sebelumnya saya minta maaf, mungkin masalah sy ini agak menyimpang tetapi sy merasa ada hubungan atau pengaruhnya terhadap diri saya pribadi. Yang akhirnya bisa juga berakibat kepada seluruh anggota keluarga saya. Sebenarnya sy tdk tahu jg hrs mulai dari mana, tapi bagi sy yg penting Ustadz bisa memahami dan ustadz bisa maklum kalau saat ini kondisi sy terganggu baik fisik maupun mental…

1. Begini Pak Ustad, sebenarnya sy malu dan sungkan juga utk berterus terang kpd Pak Ustadz, tp keadaan saya saat ini sudah “kepepet” Pak Ustadz. Tp sy yakin Pak Ustadz orang yang bisa dipercaya. Demi Allah maksud sy bercerita ini bukan lah utk membuka aib keluarga tapi demi mencari jalan terbaik yang sesuai dengan tuntunan agama dan sunah Nabi.

2. Sy membaca postingan kisah seorang suami yang menceritakan istrinya sering dimasuki jin dan dia menempuh jalan ruqyah. Disitu ustadz menjawab bahwa kondisi seseorang yg tidak bisa mengendalikan emosi akan mudah diganggu jin. Sy membawakan kisah itu ke diri sy Pak Ustad. Jujur sy adalah orang yg seperti itu… Tapi Pak ustadz, semua itu dipicu oleh keadaan lingkungan saya baik lingkungan kerja maupun rumah tangga (RT).

3. Sy seorang istri Pak Ustadz. Anak saya 2 org. 1 umur zzz th dan 1 lg umur zzz th. Suami sy tidak bekerja. Selama menikah, hanya beberapa bulan dia bekerja setelah itu berhenti sampai sekarang. Dia membantu menjaga anak kami dan mengantar jemput saya kerja dan anak2 sekolah.Yangmencari nafkah saya, pergi jam 6.30 pagi pulang jam 5 sore. Bapak bisa bayangkan, sampai dirumah sy langsung kedapur dan ngurus anak sampai semua tidur malam. Begitulah setiap hari…

4. Suami saya tidak taat beribadah. Dulunya waktu lajang dia tidak shalat dan tidak puasa Pak Ustadz, seluruh saudaranya jg tidak shalat. Jangankan shalat 5 waktu, shalat Jumat aja tdk, bahkan ada yg tdk shalat hari raya jg. Setelah menikah dengan saya barulah dia shalat. Awal2 RT kami suami sy shalatnya tak mau ke mesjid, lalai, kalau ga disuruh susah. Ga mau sadar sendiri. Lama2 setelah sy hamil anak kedua, sy bolak balik diopname, sy lumpuh, Sampai anak sy lahir prematur. Setelah itu sakit lumpuh sy sering datang. Itulah awalnya sy ruqyah.

5. Setelah Ruqyah itulah suami sy mulai shalat ke mesjid. namun keinginannya atau kesadarannya utk bekerja tidak ada sama sekali. Karena anak sy sdh mulai besar, sy pakai pembantu dengan tujuan biar suami sy kerja karena semakin lama biaya hidup pasti akan bertambah. Tp maksud sy itu tak pernah tercapai. makin ada pembantu  makin senang suami sy. dia sering ngerumpi di kompleks dengan bapak2 pensiunan, nengok2 org kerja bangunan dan cerita dengan kuli2. Sering duduk di kedai. Tapi dia tidak pernah ikut main judi, mungkin lantaran krn tdk ada duit. disitu terbersit di pikiran sy, untung sj dia tdk kerja. kalau kerja mungkin sdh hbs di meja judi,,,

6. Sekarang sdh zzzz thn pernikahan kami Pak Ustadz. Yg suami tetap senang. Pagi kerjanya ngantar sy kerja dan anak sekolah. siang jemput anak, hbs itu tidur sampai  jemput anak dan jemput sy kerja. Seementara sy kerja dengan penuh tekanan dan korban perasaan di kantor. kadang sampai menangis. Sementara suami enak2 tidur dirumah.

7. Sampai dirumah sy, suami sy langsung pergi… dia senang menolong orang sampai harus berkorban waktu dengan melalaikan sy dan anak2. Bapak bisa membayangkan betapa capeknya saya Pak. Nanti malam, dia suka bikin ribut dengan anak2. Berebut nonton TV, berebut makanan… sy yang menahan perasaan hati Pak. Jadi lahir bathin sy menderita dan tersiksa.

8. Pernah sy terpikir utk berpisah, krn sy merasa dulu menikah karena diguna2. Tp sy ingat firman Allah bahwa tidak selama yng buruk menurut kita adalah buruk menurut Allah, bisa jd itulah yg terbaik. Sy menganggap sebagai ujian iman.. tapi kalau sy sj yg berusaha sementara suami sy tdk  menyadari kekhilafannya tentu semua tdk akan sempurna hasilnya.

9. Setiap kali sy kasih  masukan, dia selalu melawan dengan kata2 yang menyakitkan hati. Padahal maksud sy baik agar semua menjalankan nilai2 agama dengan baik. Anak sy sudah hafal alQuran Juz 30. Setiap malam dia menambah hafalan, sementara suami tidur2 nonton TV dan main2 sama burung. Suami sy suka memelihara burung. Uang beli makan burung minta ke saya. sy bilang uang sy cari utk makan anak bkn utk  makan burung. Dia marah Pak Ustad..

Bagaimana tanggapan dan saran Pak Ustad. Begitulah posisi sy yg tidak sama dengan istri2 yg lain yg merasakan enaknya menerima nafkah dari suami. Ada masalah suaminya bisa membantu… Sementara saya semua dunia akhirat utk keluarga sy yg fikirkan dan usahakan… suami malah yg enak2…

Assalamu’alaikum wr.wb

Sy turut prihatin dg kesulitan yg Ibu alami. setiap kesulitan dalah kebaikan bagi orangberiman.dalam kesulitan tersebut ada iman, ada pembuktian ketawakalan,dalam ujian tsb ada rahmat. Karena ujian tsb lah kita mengenal kebenaran, dalam ujian tsb kita semakin memahami keMahaBesaran kekuasaan Allah swt atas diri kita. bhkn kadang dg ujian tsb sbnrnya Allah SWT sedang memberikan perlindungan kepda kita dari kesulitan yg jauh lebih besar dan tidak pernah terbayangkan.

terkadang kesulitan adalah anak tangga menuju derajat kemuliaan akhirat, terkadang ujian adalah penghapus noda dosa yg tidak bisa dihapus kecuali dg bersabar terhadap ujian tersbt, dan terkadang ujian atau kesulitan adalah dinding benteng/pagar/perisai kokoh yg menghalangi datangnya musibah dan bencana yang jauh lebih besar.

kita sama2 tdk mengerti hakikat dari setiap ujian tersebut, kita hanya diminta melihat dg kaca mata yg jauh lebih besar agar kita dapat berlapang dada. Ibu, seandainya segenggam garam ditaburkan dalam segelas air, apakah rasa yg kita dapatkan dari air tesebut? tentu sangat  asinrasanya.tp bagaimana seandainya air garam tersebut kita lemparkan kedalam danau air tawar yg jernih?akankah air danau tersbt berubah mjd asin? Tidak. Air danau tsb tetaplah tawar dan menyegarkan. gelas dan danau itu adalah ruang batin dalam hati kita. problem dan kelapangan hati adalah 2 hal yg berbeda sebagaimana garam, gelas dan danau adalah hal yg berbeda. yg membuat dada sesak, fikiran kacau, batin tegang sesungguhnya bukan karena problem tersebut tetapi karena wadah hati yg kita gunakan kurang luas.gantilah gelas tsb dg danau, lapangkan ruang batin kita seluas danau tsb mk kita akan melihat setiap problem dg jernih dan problem2 tsb tidak akan membuat batin kita mjd ‘asin’. mdh2n Ibu bisa memahami ilustrasi ini.

setiap kita akan membawa amal kita masing masing,bhkn kita akan bermusuhan satu sama lain termasuk dg anak, orang tua,sahabat dan suami / istri.

saat di padang mahsyar setiap kita hny berfikir ttg dirinya sendiri2,bagaimana agar selamat hnya itu yg ada dalam pikiran kita saat di padang mahsyar nanti.jika orang tsb pny byk amal dia akan tenang, tp jika amalnya sedikit mk dia akan melakukan segala hal agar selamat termasuk dg menuntut org2 terdekatnya. suami akan menuntut istri,istri menuntut suami,anak menuntut orang tua dll, itulah gambaran dlm surah ‘abasa. bagaimana agar kita selamat dari tuntutan2 org2 tsb, jwbnya hanya : kita harus punya alasan dihadapan Allah subhanahu wata’ala dan alasan kita adalah tertunaikannya kewajiban kita kepada orang2 tsb.

Ibu, mulai hari ini, lakukanlah kewajiban sehari2 dg niat agar kita memiliki alasan dihadapan Alloh, agar kita terlepas dari tuntutan org2 terdekat kita di akhirat nanti. lakukanlah kebaikan tersebut bukan utk mereka tetapi untuk menyelamatkan diri Ibu sendiri.

point yg ingin sy tuju dr pembahasan diatas adalah kelapangan hati sangat Ibu butuhkan saat ini, caranya adalah dg mengubah sudut pandang seperti diatas, agar setiap yg kita lakukan  bukan lagi beban yg menyesakan dada,tapi amal yg akan menyelamatkan kita sendiri.

Islam memberikan alternatif2 jalan keluar dalam maslaah rumah tangga meski setiap jalan keluar tersebut tentu memiliki konsekuensi masing-masing.jika Ibu bersabar maka konsekuensinya adalah ibu harus mengubah cara berfikir, melapangkan dada seluas-luasnya demi mempertahankan keluarga dan masa depan anak2. konsekuensi lain, ikhtiar mengubah pemahaman suami harus ditambah, kesabaran utk membimibng beliau harus berlipatganda.inikonsekuensi yg harus dijalani.

Sebaliknya, jika Ibu mengakhiri rumah tangga ini mk konsekuensinya juga sgt besar. saran sy mulailah mengajak bicara suami dg serius mengenai hak dan kewajiban suami dan istri.jika Ibu kesulitan maka Ibu bisa melibatkan wali Ibu krn saat akad nikah seorang laki-laki telah mengambil salah satu amanah seorang wali yaitu memberi nafkah, mk jika amanah tsb belum ditunaikan, wajar jika wali Ibu bertanya. mintalah bantuan wali Ibu utk menjadi penengah. atau jika bukan wali, mintalah ulama atau ustad yg bisa menengahi utk membantu menyelesaiakan maslah ini.saran sy, jgn selesaikan masalah hak dan kewajiban suami istri sendirian, apalagi sudah sekian tahun kewajiban belum tertunaikan.

Problem terbesar saat ini adalah memberanikan diri utk mulai membicarakan masalah nafkah ini dg suami. lakukan sholat malam, dan banyak berdoa khusus utk masalah ini selama beberapa hari, mgkn 2-3 hr.setelah itu baru ajak bicara beliau atau minta orng lain/wali/ulama utk menjdi penengah.

lebih baik saat ini Ibu fokus pada masalah ini, lupakan sementera gangguan khodam ygkemarin.utk gangguan jin atau khodam, cukup dengan terapi mandiri biasa, atau sementara cukup dengan mandi dan minum air ruqyah saja. Fokuskan diri untuk menyelesaikan problem dengan suami.

buat lah rencana yg matang utk menyelesaikan masalah ini agr tidak berlarut2,siapkan batin dg segala kemungkinan yg terjadi,niatkan semata2 agar keluarga bisa lebih baik,mgkn akan byk duri yg meyakitkan tapi yakinlah bhw jalan setelahnya akan lebih lapang termasuk gangguan jin yg Ibu alami.

wallahu a’lam

mudah2n bermanfaat

nadhif

Terima kasih Pak Ustadz.

Jawaban Pak ustadz sangat menyejukkan hati. Saya ingin sekali berlapang dada, dan itu jugalah selalu yang disarankan orang tua saya setiap kali sy mengadukan masalah saya. Tapi itu yang sulit bagi sy Pak Ustadz… kalau saya berlapang dada, berarti ada 2 bentuk pengertiannya (menurut asumsi sy) :

1. Kalau sy berlapang dada berarti sy harus menerima semua keadaan ini dengan ikhlas tanpa boleh mengatakan tidak sanggup/tidak kuat/tidak tahan/tidak mampu walaupun sesungguhnya dalam prakteknya badan dan fikiran saya capek krn semua hrs sy kerjakan/usahakan dan fikirkan sendiri. Sy manusia dengan segala keterbatasan. Sesungguhnya saya betul2 tidak sanggup secara fisik. Kalau badan sdh terlalu capek Pak Ustadz, untuk ibadah pun sy tdk bisa maksimal sementara sy ingin utk maksimal.

2. Kalau sy berlapang dada, berarti sy biarkan aja semua terjadi seperti air mengalir… mau anak tidak bisa apa2… mau anak tidak punya keperluan sekolah… mau uang sekolah nunggak…. mau g ada yang mau dimakan dirumah… ya udah biarkan saja. Lapangkan aja dada utk menerima. Tp sy sgt tidak bisa membiarkannya Pak Ustadz krn semua amanah. walaupun sesungguhnya itu bkn tanggung jawab sy semata di depan Allah. walaupun sesungguhnya suamilah yg lbh bertanggung jawab. Tapi kan sy kasihan anak2… Makanya sgt sulit bagi sy utk berlapang dada krn keterbatasan sy secara fisik sbg manusia. Sy bukanlah robot yg tidak mengenal kata capek, letih dan lelah Pak Ustadz.

3. Sulit mencari ustadz yg bisa memberikan masukan sebagaimana yg diharapkan Pak Ustadz. Lagi pula mau mengajak suami sy menjumpai ustadz itulah yg sukar bagi sy. Sy pernah bicarakan Pak Ustadz, ujung2nya bertengkar. Kalau sy lihat selama ini kesadaran dari suami sy itu yg tdk ada Pak Ustadz. Sy pinjamkan uang ke Bank utk modal dia usaha. Dia awalnya bilang mau, tp setelah pinjaman cair, dia suruh sy menggaji org lain. Ya Allah… sy jadi sedih Pak Ustadz. Sy tidak mengejar untung Pak Ustadz, tp sy hanya ingin dia tahu tugas dan kewajibannya. Biar anak2 sy tau kalau ayahnya juga mencari nafkah… Tp dia tidak faham maksud sy Pak Ustad.. Sepertinya pintu hatinya sdh tertutup Pak Ustadz..

4. Berlapang dada seperti apakah yg Pak Ustadz maksudkan? Sy mohon penjelasan dari Pak Ustadz. Sy bisa mengerti ilustrasi Pak Ustadz.. Tp utk keadaan sy yg begini, berlapang dada yg seperti apakah sebenarnya yg pak Ustadz maksudkan…

5. Bersediakah Pak Ustadz membantu saya, kapan2 ada waktu bicara langsung dengan suami saya? Mungkin dengan Pak Ustadz kami akan menemukan nasehat yang dapat memberikan jalan keluar yg terbaik buat kelangsungan RT saya? Maaf Pak Ustadz, mungkin saya sdh sgt merepotkan Pak Ustdaz.

6. Ikhtiar dengan doa tidak henti saya lakukan Pak Ustadz. Setiap shalat selalu sy berdoa Pak Ustadz, tp mungkin belum waktunya utk dikabulkanNya. Dalam hal ini tentu Allah lebih tau. Sy tdk akan berhenti berdoa.

7. Semenjak sy konsultasi dengan Pak Ustadz, selalu sy sampaikan kpd suami sy. Tp khusus mengenai permasalahn suami sy yg saya sampaikan sama Pak Ustadz tdk pernah sy kasih tau. Tapi telah 2 hari ini setiap tahajjud selalu saya bangunkan suami saya utk sama2 melaksanakan tahajjud. Alhamdulillah dia mau pak Ustadz

8. Sy sadar dan  percaya kalau semua proses itu butuh waktu sebagaimana yg Pak Ustadz sampaikan pada email sebelumnya. Tp setiap ikhtiar harus coba kita tempuh. Siapa tau dari salah satu ikhtiar itu dapat mempercepat proses pencapaian tujuan, amin…

Terima kasih atas kesediaan Pak Ustadz membaca dan membalas email sy. Semoga Allah membalas kebaikan Pak Ustadz dengan pahala yang berlipat ganda, amin…

Assalamu’alaikum wr.wb

Ibu, berlapang dada dan problem adalah 2 hal berbeda. berlapang dada adalah wilayah hati dan problem itu sendiri adalah wilayah amal.yg membuat beban terasa berat sesungguhnya bukan pada maslahnya tetapi kondisi batin kita yg belum berlapang dada sebagamana seharusnya. jika seseorang memiliki hutang sebenarnya dia menghadapi 2 persoalan sekaligus yakni hutang yang memang harus dilunasi dan yang kedua perasaan, kondisi batin yg tidak menentu, merasa terbenani, panik, khawatir dll. Problem kedua ini adalah cara bersikap. yang memubuat tubuh sakit dan pikiran tdk karuan adalah cara bersikapnya bukan hutang itu sendiri. oleh karena itu, kita pernah menemui orang dg setumpuk hutang tetapi tetap ceria dan bisa tersenyum gembira dan ada juga orang yg mempunyai sedikit hutang tetapi pikiran dan batinya panik, seolah dunia akan kiamat. mengapa 2 orang yg sama2 punya hutang tsb berbeda?cara bersikapnya lah yg menyebabkan situasi menjadi berbeda.

Ibu, berlapang dada adalah amal hati, ia tidak sama dg berdiam diri dan membiarkan segalanya terjadi apa adanya. berlapang dada tentu sangat berbeda dengan tidak peduli, dg apappun yg terjadi. gambaran yg paling mudah berlapang dada adalah saat kita memiliki anak masih balita.

coba Ibu perhatikan mereka saat masih balita dulu, mereka buang air sembarangan,mandi harus dimandikan,makan harus disuapi, bhkn tidur pun harus ditidurkan. saat itu tidak pernah terlintas dalam batin kita utk berhenti menjadi orang tua, kita juga tidak pernah panik,takut dangelisah.kita juga tidak pernah ‘berontak’ apalagi stress dengan segala ‘ulah’ sikecil itu. mengapa? jawabnya karena kita mampu memberikan permakluman yang luar biasa, ruang batin kita sangat luas saat menghadapi anak kita yg sedang rewel atau buang air sembarangan. inilah yg saya maksud berlapang dada, inilah ruang batin yg mesti kita raih.

Ibu, saat, anak kita buang air, pipis, muntah, memecahkan piring, menumpahkan masakan, atau menangis rewel, apakah saat itu kita menerima apa adanya dan membiarkan segala yg terjadi ‘mengalir’ tanpa kita berbuat sesuatu? tentu tidak. kita turun tangan, kita dg sigap membersihkan kotoran itu, kita dengan sigap menolong dan menenangkan anak kita dengan segudang permakluman.

permakluman itu adalah ruang batin, dan sigap membersihkan kotoran tadi adalah ruang amal dhohir. jadi, seperti inilah yg saya maksud dengan berlapang dada thd kesulitan hidup, berlapang dada thdp ‘ulah’  suami, anak, atau orang yg menyakitkan hati kita.

Saat anak ktia semakin berulah, kita jg tidak pernah berhenti brdoa untuknya tapi kita tidak bersedih hati atau terbesit untuk menyerah. saat anak kita belum bisa berjalan dan dia ingin berjalan, kita membantunya tanpa harus meluapkan amarah padanya. saat kita tertidur dia menangsi meminta minum, kita buatkan minum itu tanpa harus membentak dan bersdih hati.

ikhtiar doa, melatih, mengajari, menolong, mengarahkan, membimbing yang kita lakukan pada anak kita, sedikitpun tidak pernah dicampuri dg kesedihan mendalam, kekecewaan yang menyakitkan, jg tidak pernah dihantui oleh keterpaksaan. semua berjalan dengan sangat indah karena kita bisa memaklumi anak tsb, krn kita bisa berlapang dada padanya.

kita tidak sedang membicarakan sisi manusiawi kita yg memiliki ambang batas, ada saatnya kita lelah, atau ada saatnya kita merasa lemah. tapi kita sedang membicarakan cara bersikap terhadap sebuah beban. mudah2n Ibu memahami apa yg saya maksudkan.

selama Ibu masih punya harapan yg kuat, semua kelelahan ini akan terbayar.

saat malam semakin pekat, itu tanda bhw fajar akan segera datang. lelah adalah sisi manusiwai, tidak bisa dihindari, tp dg harapan yg kuat, sy berharap kelelahan dhohir dan batin tersebut tidak akan sia-sia.

perjalanan Ibu menemukan ruqyah bukanlah semata-mata utk mencari kesembuhan, tetapi jalan utk membuka kesadaran batin kita pada kebenaran.

mdh2n bermanfaat.

nadhif

Waalaikum Salam Wr.Wb..

Terima kasih banyak atas kesediaan Pak Ustadz membalas email sy. Balasan Pak Ustadz sangat mengena ke pokok permasalahan sy.
Saya sudah bisa mengerti dan faham dengan maksud berlapang dada dan sy akan berusaha mencobanya sekuat tenaga dan kemampuan sy.
Semoga Allah senantiasa membimbing dan melindungi kita, Amiin…

Saya berharap dengan “bertemunya” saya dengan Pak Ustadz adalah awal pengobatan dari segala penyakit yang ada di diri saya. Awal pencerahan dan titik awal utk saya memuhasabah diri. Biar semua menjadi masa lalu yang hitam yang harus segera dikubur dengan keikhlasan. Semoga masa depan lebih baik dan lebih bermakna membawa keberkahan utk diri sy pribadi dan keluarga.

Betul seperti yang pak Ustadz katakan pada email sebelumnya, di Padang Mahsyar nanti kita hanya akan memperjuangkan nasib kita masing2.. Jadi saatnya di dunia kita pun harus menabung utk akhirat kita agar kita tidak menderita kelak. Kita harus menabung amal dari setiap perbuatan dan masalah yang kita hadapi. Mengapa kita harus mempersempit hati yang akan merugikan diri kita sendiri. Memang berlapang dada adalah sikap yang paling tepat yang harus sy ambil saat ini agar semuanya tidak sia-sia.

Terima kasih banyak Pak Ustadz. Semua pencerahan dari pak Ustadz sangat besar artinya bagi sy. Semoga Allah membalas semua kebaikan Pak Ustadz dengan pahala yang berlipat ganda. Namun, sebagai manusia lemah sy masih tetap memohon bantuan dari Pak Ustadz berupa bimbingan, dorongan dan do’a tentunya. Semoga Pak Ustadz masih tetap berkenan membantu saya meringankan beban masalah yang saya hadapi. Mudah2an sy tidak salah langkah lagi ya Pak Ustadz.. Mudah2an usaha sy ini diredhoi oleh Allah SWT. Amin Ya Rabb…

Terapis pengobatan tradisional yang mengusai berbagai macam tehnik pengobatan seperti Ruqyah Syariyyah, Bekam, Akupunktur, Pijat khusus nyeri, Keseleo patah tulang dan Herbal yang sudah berpengalaman.