Putus Asa

Putus Asa

Putus asa, Assalamualaikum wr.wb pak Nadhif

Perkenalkan sebelumnya, nama saya A, usia saya 24 Tahun.
Saya punya masalah mengenai batin saya yang selama setahun ini sama sekali tidak bisa tenang, saya selalu merasa gelisah dan khawatir, ketakutan yang berlebihan tentang kehidupan. Perlu bapak ketahui saya bukan seseorang yang terbuka, saya  pandai bergaul dan punya banyak teman, tapi saya tidak bisa dengan leluasa mencurahkan isi hati saya bahkan kepada sahabat atau orang tua. Orang lain selalu mengira saya adalah seseorang yg berkecukupan, padahal banyak masalah yang mendera hidup saya, yang tidak kunjung mendapatkan jalan keluar dari mulai masalah jodoh serta tekanan dari orang tua yang membuat saya depresi, entahlah pak sepertinya setiap hal yang saya usahakan berujung sia-sia di mata orang tua.. mungkin saya bukan orang yang pandai bersyukur atau terlalu berprasangka buruk pada keadaan.Tapi saya sudah berusaha berkali-kali untuk mengatasi masalah dengan banyak sholat malam, berdzikir ataupun membaca referensi buku bacaan islami untuk sekedar mendapatkan pencerahan, namun hasilnya nihil pak.. Sekarang saya seperti orang yg limbung dan tidak tahu arah, saya menjalani hidup dengan setengah hati, tidak tahu apa yang sebenarnya saya inginkan, dan sepertinya sekarang saya sudah sangat marah dan putus asa. ini adalah usaha saya yang pertama untuk meminta bantuan kepada orang lain, tidak tahu kenapa saya langsung menulis email ini pada bapak, padahal jujur, saya sendiri orang yang kurang percaya terhadap hal-hal yang berbau gaib (mohon maaf ya pak…), semoga ini adalah jalan yang ditunjukkan Allah SWT. terima kasih

Wa’alaikum salam wr.wb
Putus asa, saya turut prihatin dengan segala hal yang telah Mba ceritakan. Sebelumnya saya ingin meluruskan sedikit, bhw masalah gaib adalah bagian dalam keimanan kita. bahkan semua rukun iman bersifat gaib bagi kita. jd sebenarnya kita wajib mempercayai ada hal-hal gaib. surga, neraka, azab kubur, kiamat, malaikat, takdir, bahkan Alloh SWT juga gaib bagi kita. maka sebagai seorang muslim sudah sewajarnya kita mempercayai perkara gaib. tetapi jika yang Mba maksud adalh tidak percaya pada kehebatan jin dan dukun maka saya sepakat. karena mereka adalah musuh orang beriman dan kita dilarang menganggap besar mereka. Baik, ini hanya sekedar info saja.

Putus asa, Mengenai masalah yang Mba alami, sejujurnya, besar dan kecilnya masalah tersebut sangat tergantung pada kapasitas hati kita. semakin besar kapasitas hati kita, maka setiap masalah akan terasa lebih ringan.oleh karena itu, letak masalahnya yang utama bukan lah pada masalah itu sendiri, akan tetapi terletak dalam hati kita. inilah yang menyebabkan doa, ibadah kita tidak berpengaruh pada batin kita.

Akisah, ada seorang guru bijak sedang terlibat dialog dengan sang murid. sang murid sdg berkeluh kesah pada sang guru yang bijak tersebut tentang seluruh kejadian dalam hidupnya. Problem dan segala beban yang tak pernah kunjung sirna, seolah dunia akan berakhir, dan hidup seolah sudah tidak ada gunanya lagi. Menyesakkan dada, rumit, dan tak tentu arah.

Kurang lebih begitu gambarannya.

Maka sang guru mengajak murid tersebut pergi ke tepi sebuah danau yang sangat jernih airnya. Lalu sang guru mengeluarkan 1 gelas berisi air, dan menuangkan  1 genggam garam dalam gelas itu. Sang guru berkata, minumlah!. Sangat asin rasanya. demikian kata sang murid , ia masih tak mengerti maksud sang guru. Kemudian sang guru mengajak murid tsb ketepi danau, dan sang guru melemparkan 5 genggam garam ke dalam danau. setelah itu, beliau mengambil gelas bersih dan mengambil air danau tersebut dan berkata, minumlah air ini…bagaimana rasanya? asin kah?…

Tidak bahkan sangat segar, kata sang murid..
Kamu tahu artinya? kata sang guru. Garam itu adalah masalah hidup kita. Gelas dan danau itu adalah ruang hati yang menampung segala permasalahan itu. Garam itu terasa asin karena wadah yang kita pakai hanya gelas, tapi manakala wadah kita seluas danau ini, garam sebanyak apapun tetap tidak terasa.

Begitulah, jika kita memiki hati yang luas maka masalah lebih terasa ringan, meski masalahnya sendiri belum terselesaikan. Jadi masalahnya bukan pada problem itu sendiri tetapi pada cara penyikapan kita pada masalah itu dan ini masalah hati. Ini jauh lebih mendasar dan perlu diselesaikan sebelum masalahnya sendiri.

Kapankah datangnya solusi itu?

Mudah-mudahan Mba tidak kecewa dengan jawaban ini :

Kita sama-sama sama tidak tahu, karena solusi itu adalah hal gaib, hanya Alloh yang tahu. Mungkin  hari lagi atau mungkin 1 tahun lagi, kita juga tidak tahu. masalahnya apakah kita memiliki cukup keluasan hati dan ketegaran jiwa utk menghadapi waktu yg tidak tentu tersebut. Dan apakah kita juga memiliki kesiapan jiwa jika ternyata takdir yang Alloh pilihkan bagi kita, tidak sesuai dengan harapan kita. Bukankah hal ini sangat mungkin terjadi? Alloh Maha berkehendak dan kita tidak tahu takdir solusi apa yang Ia rencanakan bagi kita. Ini masalah iman, yakni iman terhadap takdir. Iman terhadap takdir menuntut kita untuk ridho terhadap segala kemungkinan, baik atau buruk. Karena makna ridho yang diminta dalam iman adalah puas dengan pilihanNYA.

Yang perlu kita lakukan sesungguhnya hanyalah memenuhi apa yang menjadi kewajiban kita untuk berikhtiar, entah akan membawa hasil atau pun tidak. Ikhtiarlah yang dibebankan dipundak kita, ikhtiar kita lah yang akan ditanya.

Alloh memang tidak butuh ikhtiar luar biasa kita untuk sekedar mewujudkan mengubah hidup kita, tapi kita juga tidak mungkin mempersembahkan ikhtiar kecil untuk sesuatu yang besar. Oleh karena itu, ikhtiarlah dengan ikhtiar terbaik yang kita bisa, meski dalam pandangan orang ikhtiar tersebut terlalu kecil. Ikhlaskan seluruh amal kita untuk Alloh, kemudian biarkan terjadi apa yang akan terjadi, InsyaAlloh Mba akan melihat campur tangan Alloh hadir dalam hidup ini.

Pemahaman inilah yang Mba butuhkan,:

1. Pandanglah masalah ini dengan kaca mata iman. sekali lagi ini masalah keimanan. Nabi pernah menyampaikan bhw setiap muslim senantiasa akan menghadapi ujian sepanjang hidupnya hingga ia menghadap Alloh tanpa dosa. Setiap peristiwa yang meresahkan jiwa orang beriman hingga tertusuk duri di jalan maka bernilai pahala dan penghapus dosa. Alloh memberikan ujian bagi kita karena 2 alasan :

a. Ia ingin menghapuskan kesalahan kita. Karena, Ia Maha Tahu bahwa seluruh taubat kita, amal kebaikan kita dari lahir hingga wafat nanti tidak akan pernah cukup untuk menghapus kesalahan dan dosa itu. DIA tahu itu. Jika musibah, ujian, bencana itu tidak diberikan kepada kita maka kita akan meninggalkan dunia ini dengan membawa setumpuk dosa dan nerakalah balasannya. Tapi, Subhanalloh, karena sifatNYA yang Rahman dan Rahim, DIA tidak menginginkan kita menjadi penghuni neraka, tapi DIA juga tahu kita punya dosa yg luar biasa. Maka ujian itulah solusinya agar dosa itu dapat terampunkan. Inilah yang DIA pilihkan buat kita.

b. DIA ingin mengangkat derajat kita dihadapanNYA karena DIA tahu kebaikan kita terlalu sedikit, sholat kita rusak, taubat kita palsu, dzikir kita penuh kelalaian, kita tidak bersyukur, kita masih suka riya’, hasad, bakhil dan masih banyak kelemahan lain yang mungkin ada dalam diri kita. Semua keburukan itu membuat kita hina dihadapanNYA. Tapi kerena sifat RahmanNYA, dia menginginkan kebaikan ada dalam diri kita, tapi sekali lagi DIA tahu bahwa amal kebaikan kita cacat, amal kita terlalu lemah untuk mencapai derajat yang diinginkanNYA, maka solusinya adalah dengan memberikan ujian hidup.

Tidak ada pilihan lain, karena dengan ujian itu dosa kita dapat terhapuskan dan dengan ujian itu, kita memiliki kesempatan untuk mulia dihadapanNYA. Ini adalah ampunan dan kemuliaan yang mungkin tidak pernah bisa kita raih dengan segala taubat dan amal kita sepanjang hidup kita.

Oleh karena itu, mungkn nanti diakhirat akan ada hamba yang mulia karena kebaikannya, karena jihadnya, karena sholatnya, karena hajinya atau karena amal kebaikannnya yang lain. Tetapi nanti akan ada hamba yang dimuliakan diakhirat, dihapuskan kesalahan-kesalahannya, bukan karena banyaknya amal kebaikan yang dia bawa, tetapi karena kesabarannya menghadapai ujian hidup di dunia. Dan saya berdoa, Mba dan kita semua termasuk di dalamnya. Pandanglah masalah Mba dengan kacamata seperti ini.

2. Mulailah berusaha terbuka terhadap keluarga terutama kedua orang tua.mereka adalah wali Mba Mereka punya jasa yang besar dalam hidup kita. Dan tanggung jawab wali tersebut tidak pernah dicabut hingga Mba menikah nanti. Ajaklah mereka bicara dari hati ke hati. Saat ini tidak ada manfaatnya menutup diri. Bicaralah pada mereka, apa yang Mba inginkan. Ubahlah sifat tertutup itu karena justru akan merugikan Mba sendiri dan semakin mempersulit masalah. Letakkan dulu perasaan gengsi, malu, merasa tidak nyaman, dan lain-lain.

Mba membutuhkan orang lain, dan orang yang paling dekat dalam hidup Mba adalah Ibu dan ayah. Semakin Mba menutup diri, permasalahan yang Mba alami akan terasa semakin berat. Kemudian, mulailah mencari kawan yang bisa dipercaya untuk diajak bicara, tukar pikiran,dan lain-lain, tentu yang saya maksud adalah teman perempuan.

2. Perbanyaklah istighfar dan bertaubat. Karena, Alloh menjanjikan bahwa salah satu hikmah taubat adalah Alloh akan memberikan rizki dan jalan keluar atas permaslaahan hidup kita.

Saya yakin tulisan ini sangat terbatas untuk bisa membantu apalagi menyelesaikan beban yang Mba hadapi, tapi saya berharap ada ilmu yang bisa kita dapatkan dari komunikasi ini. Semoga Alloh memberikan kesabaran pada Mba dalam menghadapi segala yang terjadi.

Wallahu a’lam
Mohon maaf dan Semoga bermanfaat.

Wassalam

Nadhif

Assalamualaikum Wr.WB

Bapak, saya haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya sudah sempat membalas email saya, kmrn sewaktu baca, saya langsung menangis, saya ingat dosa-dosa saya yang sangat banyak.. entah bagaimana bisa terhapuskan, walaupun sudah berusaha maksimal, tapi saya sebagai manusia sll saja khilaf dan mengulang-ulang kesalahan, semoga itu semua tidak menjadikan ALLAH SWT membenci dan jauh dari saya.

Saya sering berjanji pada diri saya sendiri untuk selalu berusaha menjadi lebih baik, lebih sabar dan lebih tawakal, tapi sering kali saya dikecewakan oleh diri saya sendiri akibat ketidakmampuan saya untuk terus memegang prinsip hidup sebagai muslim yang baik.Apakah saya akan benar-benar bisa merubah diri saya ya pak, mengingat sudah berkali-kali kegagalan yg saya lakukan.

Jujur di lubuk hati saya mengakui dengan rasa malu yang besar.. saya ini muslim yang imannya tipis,, saya sholat, ngaji dan puasa, tapi saya selalu sanksi bahwa ALLAH SWT itu ada, saya melakukan semua kewajiban itu ya hanya karena saya memang di ajarkan untuk melakukan itu semua, saya benar-benar malu pak nadhif,,, akal yang dianugerahkan untuk berpikir ini malah membatasi keterbukaan hati saya untuk ALLAH SWT,, saya orangnya serba logika.dan menurut saya yang tidak terlihat adalah tidak nyata.

Pak, kalau bisa saya mau datang saja ke klinik rukyah, mungkin saya bisa lebih bebas mengeluarkan uneg2.. bapak ada jadwal jam berapa dan dimana?
terima kasih ya pak…
wass.

Terapis pengobatan tradisional yang mengusai berbagai macam tehnik pengobatan seperti Ruqyah Syariyyah, Bekam, Akupunktur, Pijat khusus nyeri, Keseleo patah tulang dan Herbal yang sudah berpengalaman.